-->

Ragam Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar beserta Masalah dan Perkembangannya

Daftar Isi [Tampilkan]
Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar beserta Masalah dan Perkembangannya

aksaralangit.com - Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupnnya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan dapat diartikan juga sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmani) maupun psikis (rohani) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan (Syamsu, 2012). Perkembangan individu merupakan integrasi dari beberapa proses, yakni biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. 

Dengan demikian, obyek psikologi perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi dalam diri individu meliputi beberapa aspek sebagai implikasinya, yakni: Aspek perkembangan pertama yakni, Aspek fisik dan motorik, berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik, Kuhlen dan Thompson menyatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek (Hurlock dalam Retno, 1995), yakni: pertama, struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Kedua, sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan aspek lainnya, yakni intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot, yan akan mempengaruhi perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru. 

Aspek perkembangan ini sangat mempengaruhi seluruh aspek perkembangan lainnya, sebagai contoh, ragam struktur fisik yang kurang normal (terlalu pendek/tinggi, terlalu kurus atau obesitas) akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Faktor kepercyaan ini berkaitan dengan aspek perkembangan emosi, kepribadian, dan sosial. Aspek perkembangan kedua yakni, aspek kognitif atau intelektual, perkembangan kognitif berkaitan dengan potensi intelektual yang dimiliki individu, yakni kemampuan untuk berfikir dan memecahkan masalah. Aspek kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf pusat di otak. Penelitian mengenai fungsi otak (Woolfolk, 1995) dapat dibedakan berdasarkan ke-dua belahan otak, yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berkaitan erat dengan kemampuan berfikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis, dan konvergen (memusat). Dengan demikian kegiatan yang banyak melibatkan fungsi otak kiri adalah membaca, berhitung, belajar bahasa dan melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan otak kanan berkaitan erat dengan kemampuan berfikir intuitif, imajinatif, holistik dan divergen (menyebar). 

Kegiatan yang dominan menggunakan otak kanan diantaranya adalah melukis, bermain music, kerajinan tangan. Ahli psikologi yang memberikan kontribusi teori penting mengenai perkembangan kognitif adalah Jean Piaget (1952). Menurutnya, tahap perkembangan kognitif menurut periode usia adalah adalah sebagai berikut: sensori-motori, usia 0-2 tahun, ra-operational, usia 2-7 tahun, operational konkrit, usia 7-12 tahun, dan operational formal, usia diatas 12 tahun. Selain berhubungan erat dengan aspek perkembangan fisik dan motorik, perkembangan kognitif juga dipengaruhi dan memengaruhi aspek perkembangan lainnya, seperti moral, dan penghayatan agama, aspek bahasa, sosial, emosional. Sebagai contoh, peserta didik yang memiliki perkembangan kognitif yang baik, diharapkan mampu memahami nilai dan aturan sosial,memiliki penalaran moral yang baik dan mampu menggunakan bahasa secara tepat dan efisien (Retno, 2013). 

Aspek perkembangan ketiga yakni, aspek perkembangan sosial, perkembangan sosial individu ditandai dengan pencapaian kematangan dalam interaksi sosialnya, bagaimana ia mampu bergaul, beradaptasi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok (Retno Pangestuti, 2013). Robinson A (1981) mengartikan sosialisasi sebagai proses yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian sosial sehingga mampu menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Perkembangan sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada, baik keluarga, teman sebaya, guru, dan masyarakat sekitarnya.

Aspek perkembangan anak keempat yaitu aspek perkembangan bahasa, menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan perasaan) dengan menggunakan simbolsimbol yang disepakati bersama.

Sementara itu, Tarigan (2009) menjabarkan perkembangan bahasa menjadi beberapa tahapan, yaitu tahap meraban (pralinguistik) pertama dan tahap meramban (pralinguistik) kedua. Pada tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menagis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat. 

Pada tahap meramban kedua, tahap ini disebut juga tahap omong kosong atau tahap kata tanpa makna. Awal tahap meraban kedua ini biasanya dimulai pada permulaan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak menghasilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolaholah mengatur ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Aspek perkembangan kelima yakni, aspek perkembangan emosi. Menurut Retno (2013), emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.

Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana hati. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik, sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar.Untuk mencapai kematangan emosi, seharusnya remaja harus bisa belajar memperoleh gambaran seputar situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional bagi dirinya. 

Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Aspek perkembangan ketujuh yakni, aspek pekembangan moral dan penghayatan agama. mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995). Menurut kacamata teori psikoanalisa, perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipengaruhi oleh kematangan biologis individu. Sedangkan dari sudut pandang Teori behavioristik, perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus-respons yang dipelajari oleh anak, antara lain berupa hukuman dan pujian yang sering dialami oleh anak.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

DMCA.com Protection Status